Imam Husain a.s. dilahirkan pada 3 Syakban tahun ke-4 Hijriah, di kota Madinah. Kabar gembira mengenai kelahirannya segera sampai ke telinga Rasulullah SAW. Beliau sangat bersuka cita mendengar berita tersebut dan langsung bergegas menuju rumah putrinya, Sayyidah Fathimah a.s. Rasulullah SAW menyambut kelahiran cucunya dengan penuh kebahagiaan. Setelah masuk ke rumah, beliau membacakan adzan di telinga kanan Imam Husain dan iqamat di telinga kirinya. Dengan penuh kasih, beliau memberikan nama Husain kepada bayi tersebut. Nama ini juga memiliki makna yang dalam, yakni sebagai simbol kesucian dan kebenaran.
Pada hari ketujuh setelah kelahirannya, Imam Ali bin Abi Thalib a.s., ayah Imam Husain, mengadakan acara akikah untuk putranya. Sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi, beliau membagikan daging kambing akikah kepada kaum fakir dan miskin di sekitar mereka. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan kedermawanan, tetapi juga menegaskan pentingnya menjaga kesejahteraan sosial dan berbagi dengan sesama.
Rasulullah SAW sangat mencintai cucunya, Imam Husain. Beliau, sebagai seorang Nabi yang mengetahui takdir masa depan, menerima wahyu tentang nasib yang akan dihadapi oleh Husain kelak. Rasulullah SAW merasa sedih dan terharu mengetahui bahwa cucunya akan menjadi korban kekejaman di masa depan. Beliau bersabda dengan penuh emosi, “Husain dariku dan aku dari Husain. Ia adalah Imam putra Imam, dan sembilan dari keturunannya akan menjadi Imam. Imam terakhir mereka adalah Muhammad Mahdi, yang akan muncul di akhir zaman untuk menegakkan keadilan di dunia setelah sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman.”
Perkataan ini menunjukkan kedalaman hubungan antara Rasulullah SAW dan Imam Husain, serta merujuk pada garis keturunan para Imam Ahlul Bayt yang akan melanjutkan perjuangan kebenaran dan keadilan hingga munculnya Imam Mahdi a.s., yang diyakini akan membawa perdamaian dan keadilan sejati di seluruh dunia.[]
Sumber: Sayyid Mahdi Ayatullahi
Post Views: 3
