Jakarta, 2 Februari 2025 – Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Zahir Yahya, menegaskan pentingnya membangun generasi muda yang berkualitas secara sosial, intelektual, dan spiritual di tengah komunitas Ahlulbait. Pernyataan ini disampaikan dalam sambutannya pada pelantikan Pengurus Nasional Pandu Ahlulbait Indonesia (PANDU ABI) periode 2025-2030 yang berlangsung di Aula Pertemuan ICC Jakarta, lantai II.
Selain prosesi pelantikan, acara ini juga menjadi ajang Rapat Pra-Rakernas untuk menyusun langkah strategis lima tahun ke depan.
Peran Pemuda dalam Organisasi: Indikasi Dinamika Komunitas
Dalam sambutannya, Ustadz Zahir menekankan bahwa keterlibatan pemuda dalam organisasi sosial dan kemasyarakatan mencerminkan kepekaan serta dinamika komunitas. Ia mengapresiasi pencapaian PANDU ABI yang telah sukses menggelar berbagai agenda penting, seperti MTO, Munas Ketiga, serta pembentukan struktur dan pelantikan pengurus baru.
Namun, ia mengingatkan bahwa pelantikan ini bukan sekadar seremoni, melainkan titik tolak menuju perubahan yang lebih baik. “Jangan sampai acara seperti ini hanya menjadi rutinitas lima tahunan tanpa menghasilkan generasi yang lebih berkualitas,” tegasnya.
Visi Organisasi: Dari Keyakinan Menuju Aksi Nyata
Ustadz Zahir menyoroti bahwa visi organisasi tidak lahir begitu saja, melainkan harus berakar pada kejujuran serta keyakinan yang bersumber dari akal dan hati. “Visi bukan sekadar kata-kata indah, tetapi harus menjadi ekspresi jujur yang tumbuh dari keyakinan mendalam,” ujarnya.
Untuk itu, ia menekankan bahwa para pengurus bertanggung jawab membentuk generasi muda yang siap pakai dan memiliki kompetensi tinggi. “Visi besar ini harus dibumikan dalam setiap lini kepengurusan, mulai dari pimpinan nasional, wilayah, hingga daerah,” tambahnya.
Baca juga : Ketua Dewan Syura ABI: Pemuda Harus Unggul Fisik, Intelektual, dan Spiritual
Strategi Lima Tahun ke Depan: POJAKLITA sebagai Panduan
Dalam merancang strategi organisasi, Ustadz Zahir menyoroti pentingnya Pokok-Pokok Program Kerja Lima Tahun (POJAKLITA) sebagai pedoman nasional yang jelas dan terukur. “Program ini harus disusun secara kualitatif dan gamblang agar dapat dimonitor serta dievaluasi dengan baik,” katanya.
Ia juga menyoroti tantangan besar dalam mewujudkan visi organisasi di tengah keterbatasan. Namun, menurutnya, kunci keberhasilan tidak semata terletak pada dukungan materi, melainkan pada keyakinan serta keteguhan hati. “Dengan penuh keyakinan, substansi dari semua kerja kita ada pada usaha dan ikhtiar, bukan hanya pada sumber daya materi,” ungkapnya.
Sebagai penguat, ia mengutip ayat Al-Qur’an:
“Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’” (QS. At-Taubah: 105)
Menurutnya, keyakinan terhadap ajaran Al-Qur’an harus menjadi landasan utama dalam setiap langkah organisasi. “Allah, Rasul-Nya, dan para Imam menyaksikan perbuatan kita. Mereka tidak hanya memuji, tetapi juga memberikan pertolongan dan melengkapi kekurangan kita,” jelasnya.
Optimisme dan Semangat Kepemudaan
Di akhir sambutannya, Ustadz Zahir berpesan agar para pengurus tidak mudah mengeluh atas berbagai keterbatasan. “Mengeluhkan kekurangan hanya menunjukkan lemahnya keyakinan kita. Yakinlah bahwa Allah akan menyempurnakan langkah baik kita,” katanya.
Ia optimistis bahwa kepengurusan baru PANDU ABI memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif. “Saya yakin dan percaya bahwa pemuda-pemuda luar biasa di sini mampu mengubah dunia. Ini bukan sekadar retorika,” tandasnya.
Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa setiap organisasi, apa pun bentuk dan latar belakangnya, harus berlomba dalam kebaikan. “Yang penting berlomba dan berpacu dalam kebaikan dengan organisasi pemuda lainnya”, pungkasnya. []
Baca juga : Arah Pandu ABI dalam Lima Tahun ke Depan
Post Views: 77