Tauhid juga berarti kebertujuan, keterencanaan, dan adanya perhitungan dalam penciptaan alam semesta. Hal ini dapat dipahami dari berbagai fenomena alam, di mana setiap elemen memiliki fungsi dan tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerak alam semesta mencerminkan kebijaksanaan Sang Pencipta yang telah mewujudkannya. Kebijaksanaan dalam makna yang utuh dan sempurna ini dapat digambarkan dengan salah satu Asmaul Husna, yaitu al-Hakim (Maha Bijaksana).
Setiap pergerakan dalam alam semesta tidak mungkin berlangsung begitu saja tanpa adanya kebijaksanaan yang mengatur, dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dalam sistem ini, terdapat pola keseimbangan dan saling keterkaitan antara berbagai elemen yang menjalankan peran atau fungsinya masing-masing secara bergantian.
Allah SWT berfirman:
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.” (QS. Al-Anbiya: 16)
Dari sudut pandang ini, alam semesta tampak seperti sebuah sistem yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekadar keberadaan yang berjalan tanpa arah, seperti seseorang yang tersesat di tengah hutan belantara. Setiap makhluk dan entitas di alam ini memiliki perannya masing-masing dan berkontribusi terhadap sebuah maksud yang lebih besar, meskipun hal itu tidak selalu dapat ditangkap oleh indra manusia.
Fenomena ini dapat diibaratkan seperti puisi indah yang tidak dapat dipahami maknanya hanya dengan membaca kata-katanya secara harfiah. Sebaliknya, diperlukan perenungan mendalam untuk menangkap pesan dan tujuan di balik setiap rangkaian kata tersebut. Yang pasti, segala gerak dan perubahan dalam alam semesta bukanlah kejadian acak atau tanpa makna, melainkan bagian dari sebuah tatanan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.[]
Sumber: Imam Ali Khamenei, Mendaras Tauhid Mengeja Kenabian
Post Views: 5