Para imam suci Ahlulbait a.s. telah mewasiatkan kepada para pengikut mereka (Syiah) agar menjadi perhiasan yang memperindah citra Ahlulbait, bukan sebaliknya—menjadi noda yang mencoreng nama mereka. Seorang pengikut yang berakhlak mulia, berperilaku santun, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam akan membuat masyarakat menghormati dan memuliakan Ahlulbait a.s. Mereka akan berkata, “Betapa indahnya Ahlulbait dalam membimbing dan menyucikan para pengikutnya.”
Namun, sebaliknya, jika para pengikut Ahlulbait justru berperilaku buruk dalam pergaulan, berkata kasar, bersikap tidak adil, serta mengabaikan hukum-hukum Allah SWT—melalaikan yang halal dan haram—maka masyarakat tidak hanya akan mencemooh mereka, tetapi juga akan merendahkan dan menjelekkan Ahlulbait a.s. akibat perilaku mereka yang tidak mencerminkan ajaran Islam.
Dalam sebuah riwayat, Sulaiman bin Mihran menceritakan:
“Suatu hari, aku menemui Imam Ja’far Shadiq a.s. yang saat itu sedang bersama beberapa pengikutnya. Beliau kemudian bersabda, ‘Wahai para pengikut Syiah! Jadilah perhiasan bagi kami, jangan menjadi noda yang mencoreng nama kami. Berbicaralah dengan sopan kepada masyarakat, jagalah lisan kalian dari perkataan yang buruk, dan jauhilah tindakan yang mencederai akhlak Islam.’”
Perkataan Imam Ja’far Shadiq ini menegaskan bahwa setiap pengikut Syiah memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga nama baik Ahlulbait a.s. melalui sikap, tutur kata, dan perbuatan mereka di tengah masyarakat. Dengan berperilaku sesuai ajaran Islam yang benar, mereka tidak hanya mencerminkan keindahan akhlak Islam tetapi juga menguatkan kedudukan Ahlulbait sebagai pembimbing umat dalam kebenaran dan kesucian. []
Sumber: Muhammad Mahdi Ashifi, Syiah Ahlulbait
Post Views: 77