Mansyur-e Ruhaniyat Imam Khamenei: Cetak Biru Revolusi Pendidikan Hauzah di Era Modern


Ahlulbait Indonesia – Makalah ini membahas Piagam Keulamaan Imam Khamenei (Mansyur-e Ruhaniyat), yang diluncurkan bertepatan dengan peringatan satu abad restorasi Hauzah Ilmiyah Qom. Dokumen ini merupakan rancangan strategis bagi pendidikan dan peran sosial-politik ulama Syiah di tengah arus globalisasi, digitalisasi, serta krisis multidimensi yang melanda umat Islam. Dengan menelaah lima dimensi utama piagam tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi relevansi visi, strategi implementasi, serta tantangan aktual yang dihadapi dalam menjadikan Hauzah sebagai poros bagi peradaban Islam baru.

Pendahuluan

Pada 7 Mei 2025, dalam rangka memperingati 100 tahun restorasi Hauzah Ilmiyah Qom, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, meluncurkan Mansyur-e Ruhaniyat (Piagam Keulamaan Imam Khamenei). Piagam strategis ini dirancang sebagai panduan pengembangan keilmuan sekaligus pengokohan peran sosial-politik ulama Syiah dalam menghadapi tantangan global. Piagam ini merangkum warisan intelektual masa lalu, mengevaluasi capaian-capaian masa kini, serta menafsirkan kebutuhan baru umat manusia, khususnya generasi muda. Lebih dari itu, piagam ini membuka cakrawala baru bagi peran Hauzah sebagai pusat transformasi peradaban Islam yang relevan dengan zaman.

Karakteristik Umum dan Signifikansi Historis Piagam

Dokumen ini bersifat komprehensif, transformasional, dan responsif, dengan cakupan lintas bidang yang mencerminkan keseriusan dalam mendesain ulang fungsi Hauzah sebagai institusi ilmiah dan sosial. Secara historis, piagam ini bukan hanya refleksi retrospektif atas capaian masa lalu, tetapi juga pernyataan politik-epistemik untuk abad baru umat Islam global.

Struktur Substantif Piagam: Lima Pilar Strategis

I. Dimensi Intelektual
Piagam ini menegaskan pengembangan ilmu naqliyah dan aqliyah secara integral. Termasuk di dalamnya:

– Revitalisasi metodologi istinbath kontekstual
– Integrasi fiqh dengan ilmu kontemporer (bioteknologi, siber, ekologi)
– Penguatan pendekatan interdisipliner, serta perluasan medan ijtihad yang responsif terhadap problematika zaman.

II. Dimensi Sosial-Kemasyarakatan
Penekanan diberikan pada peningkatan fungsi sosial ulama dan relasi simbiotik antara Hauzah dan masyarakat. Ulama didorong untuk terlibat aktif dalam penyelesaian isu-isu aktual seperti krisis ekonomi, ekologi, dan keluarga.

III. Dimensi Peradaban
Piagam ini mengusung agenda besar pembentukan Islamic Civilizational Discourse dengan tujuan akhir membentuk arsitektur peradaban Islam baru yang mampu berperan dalam konstelasi dunia multipolar.

IV. Dimensi Internasional
Internasionalisasi pemikiran Hauzah melalui diplomasi keulamaan, kerja sama antarlembaga keagamaan global, dan advokasi isu-isu umat Islam di panggung dunia menjadi komponen penting dari piagam ini.

V. Dimensi Manajerial
Transformasi administratif Hauzah menjadi perhatian penting, termasuk:

– Modernisasi sistem manajemen
– Standardisasi kurikulum multilevel
– Pengembangan sumber daya ulama profesional

Visi Piagam dalam Pengembangan Ilmu dan Epistemologi Baru

1. Fiqh Kontemporer
Pentingnya pendekatan maqashidi dalam pengembangan al-fiqh al-mu’ashir, dengan inisiasi 32 bidang kajian baru seperti:

– Fiqh al-biotech: Etika dan hukum bioinformatika
– Fiqh al-siber: Regulasi digital dan keamanan siber
– Fiqh al-eco: Hukum lingkungan dan tanggung jawab ekologis Islam

2. Filsafat dan Teologi
Reaktualisasi pemikiran Mulla Sadra sebagai kerangka filsafat integratif dan pengembangan teologi profetik sebagai respons atas tantangan skeptisisme postmodern.

3. Studi Humaniora
Urgensi Islamisasi ilmu sosial-humaniora melalui penyusunan Islamic Critical Theory dan pembentukan epistemologi integral antara wahyu dan akal.

Strategi Implementasi dan Kelembagaan

A. Kerangka Kelembagaan
Dewan Tinggi Hauzah telah membentuk:

– 12 komite khusus tematik
– Dokumen Rencana Induk 2041
– Skema pembiayaan khusus pengembangan program

B. Pengembangan SDM
Melalui program kaderisasi ulama spesialis (mutakhassis), pelatihan metodologi penelitian mutakhir, dan pembentukan akademi kepemimpinan ulama.

C. Jaringan Internasional
Jamiatul Mustafa kini telah menjangkau 86 negara, dengan program pertukaran pelajar dan penyelenggaraan Konferensi Ulama Dunia sebagai sarana diplomasi ilmiah.

Tantangan dan Respons Strategis
Tiga tantangan utama:

1. Digitalisasi Pendidikan
Solusi: Platform Hauzah Digital dengan virtual classroom, digital library, dan AI research tools

2. Generasi Milenial
Solusi: Kurikulum Tafkir al-Nasyi’ah, pendekatan partisipatif dan dialogis

3. Globalisasi
Solusi: Strategi glokalisasi pemikiran Islam dan adaptasi model dakwah berbasis budaya lokal

Mansyur-e Ruhaniyat bukan sekadar cetak biru kelembagaan, tetapi dokumen hidup (living document) yang dievaluasi secara berkala melalui sistem monitoring triwulanan, evaluasi tahunan Dewan Marja, dan revisi lima tahunan. Seperti ditegaskan Ayatullah Arafi, “Piagam ini adalah kompas perjalanan panjang Hauzah Ilmiyah menuju puncak kejayaan peradaban Islam.”[]

*Sumber: https://farsi.khamenei.ir/message-content?id=60106



Source link

TERKINI

EDUKASI