Sang Singa Tenang di Hutan Kezaliman


Oleh: Ustadz Abdollah Assegaf (Anggota Dewan Syura Ahlulbait Indonesia)

Ahlulbait Indonesia – Di tengah belantara luas yang penuh intrik dan kekuasaan, hiduplah seekor singa Iran yang agung dan tenang. Ia bukan singa biasa. Ia adalah Asad al-Haq, singa kebenaran yang tidak tunduk pada aturan-aturan kejam para penguasa hutan lainnya. Tidak pernah ia mengaum sembarangan, tidak pula menggunakan cakarnya untuk menindas. Ia berwibawa bukan karena banyak bicara, tetapi karena ia teguh dalam kebenaran.

Di belantara yang sama, muncullah sekumpulan serigala yang dikenal karena kelicikannya. Mereka bersekutu dengan burung bangkai dari utara dan rubah-rubah kaya dari padang pasir. Mereka menggonggong kencang, menampakkan taring-taring tajam, memaksa hewan-hewan lain tunduk pada kehendak mereka. Serigala-serigala ini tidak berani beraksi sendiri. Mereka selalu menggertak dalam kerumunan, mengandalkan banyaknya suara, bukan kebenaran.

“إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا”
“Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap”.

Para serigala itu berkata:

Lihatlah sang singa yang diam! Ia tak berani menyerang. Ia lemah! Ia tua! Ia sendirian!”

Namun mereka tidak tahu, diamnya singa bukan karena takut, melainkan karena tahu kapan waktu yang tepat untuk mengaum.

Di antara hewan-hewan hutan, banyak yang mulai ragu. Burung elang dari gurun selatan mulai menjilat taring-taring serigala. Kambing-kambing dari lembah mulai berbicara bahasa para serigala, mengira dengan begitu mereka akan selamat.

Namun sang singa Iran tetap tenang. Ia bukan bagian dari kawanan mana pun. Ia mengikuti jalan para singa agung sebelumnya—para imam dan pemimpin spiritual sejati—yang tidak tunduk pada siapa pun kecuali kebenaran.

Sebagaimana sabda Amirul Mukminin `Ali bin Abi Talib as:

“كونوا في الناس كالنحلة في الطير، ليس شيء من الطير إلا وهو يستضعفها، ولو علمت الطير ما في أجوافها من البركة لم يفعلوا بها ذلك.”
Jadilah kalian di tengah-tengah manusia seperti lebah di antara burung-burung: semua menganggapnya lemah, namun andai mereka tahu apa yang dikandung lebah itu dari berkah, mereka tidak akan meremehkannya.”

Para serigala kemudian mencoba menyerang. Mereka melancarkan fitnah, embargo, provokasi, dan bahkan tusukan dari belakang. Tetapi ketika cakar sang singa Iran menyibak tanah, dan ekornya mengibas angin, satu demi satu serigala melarikan diri. Mereka kembali ke sarangnya dengan menggonggong lebih keras, menutupi rasa takut mereka dengan kepongahan palsu.

Singa Iran tidak memburu pujian. Ia tidak haus tepuk tangan. Ia tahu, yang bersamanya bukan hanya kekuatan, tetapi juga wilayah, otoritas spiritual dan Ilahi yang diwarisi dari para Imam.

Sebagaimana disebut dalam Ziyarat Jami’ah Kabirah:

“بِكُم يُمسِكُ السَّماءَ أن تَقَعَ على الأرض إلا بإذنِه، وَبِكُم يُنفِّسُ الهمَّ، وَيُكشَفُ الضُّرُّ.”
Dengan kalian, langit ditahan agar tidak jatuh ke bumi kecuali dengan izin-Nya. Dengan kalian, kesedihan diringankan dan kesulitan disingkap.”

Kini, hutan masih gaduh. Para serigala belum berhenti menggonggong. Tapi mereka tahu, selama sang singa masih ada, mereka tidak bisa menguasai hutan sepenuhnya. Hanya hewan-hewan buta yang mengira serigala telah menang.

Karena di balik diamnya sang singa, ada dentuman yang disiapkan.
Dan saat waktunya tiba, tidak akan ada tempat untuk lari. []



Source link

TERKINI

EDUKASI