Ahlulbait Indonesia — Dalam sebuah pidato yang penuh semangat di hadapan ribuan orang di selatan Beirut, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syaikh Naim Qassem, mengirimkan pesan tegas kepada zionis: kesabaran mereka ada batasnya.
Dilansir Al-Manar (28/6), berbicara dalam malam ketiga peringatan Asyura di Kompleks Sayyid Syuhada, Dahiyeh, Syaikh Qassem menegaskan bahwa agresi zionis yang terus-menerus terhadap Lebanon tak akan dibiarkan tanpa balasan selamanya. “Segalanya ada batasnya,” ujarnya dalam siaran langsung.
Ia menyebut bahwa operasi perlawanan Hizbullah yang dilancarkan pada akhir 2023 sebagai bentuk dukungan moral terhadap perjuangan Gaza dan keadilan, menyusul serangan brutal zionis di wilayah tersebut dan Operasi Badai Al-Aqsa yang heroik.
Mengenang perang besar di akhir 2024, di mana para pemimpin kunci Hizbullah seperti Sayyid Hasan Nasrallah dan Sayyid Hashem Safeiddine menjadi target pembunuhan, Syaikh Qassem menyampaikan bahwa kemenangan diperoleh berkat keteguhan. “Tuhan memberi kami kemenangan melalui ketabahan. Kami bangkit, bertahan, dan menyerang musuh dengan pukulan-pukulan yang menyakitkan hingga kesepakatan gencatan senjata tercapai pada 27 November 2024,” katanya.
Ia menyebut pengorbanan para syuhada sebagai sumber kekuatan dan semangat baru. “Darah para syuhada memberi kami momentum. Luka para pejuang membuat kami semakin bertanggung jawab,” ujarnya.
Kini, menurutnya, fase baru telah dimulai: tanggung jawab berada di pundak negara. Gencatan senjata bukan akhir dari segalanya, tetapi awal dari peran negara untuk menjaga kedaulatan. “Agresi di Nabatieh kemarin, dan serangan terhadap warga sipil yang bekerja di sektor penukaran uang sehari sebelumnya, tidak bisa diterima. Negara harus bertindak,” tegasnya.
Menanggapi desakan agar Hizbullah melucuti senjata, ia balik bertanya: “Bagaimana mungkin orang waras menyuruh kami melepaskan sumber kekuatan kami, sementara zionis terus melanggar gencatan senjata dan menyerang Lebanon?”
Ia memperingatkan bahwa Hizbullah tidak akan diam selamanya. “Kami bukan bangsa yang mau hidup dalam kehinaan. Kami telah membuktikan itu. Kami hanya punya satu pilihan: kehormatan. Dan dalam perjuangan itu, kami selalu menang—entah lewat kemenangan di medan tempur, atau syahid di jalan kebenaran,” tandasnya.
Pidato ditutup dengan peringatan tentang ambisi ekspansionis zionis. “Setiap kali ada pihak yang lemah, maka itu jadi undangan bagi ‘Israel’ untuk meluaskan wilayahnya,” ucapnya.[]