Gerbang Makrifat dan Wilayah Ilahiah


Oleh: Ust. Sayyid Abdullah Assegaff (Anggota Dewan Syura ABI)

Ahlulbait Indonesia – Hari Arafah bukan sekadar hari yang mengawali Idul Adha. Ia adalah panggilan langit, waktu yang dipilih Allah SWT untuk mengundang hamba-hamba-Nya menyelami samudra penghambaan dan makrifat. Dalam naungan rahmat-Nya, jiwa-jiwa yang rindu dipersilakan bersimpuh, memohon, menangis, dan kembali.

Titik Perjumpaan Cinta dan Kesadaran Ilahi

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengungkapkan bahwa Arafah adalah titik temu antara Ubudiyyah dan Ma’rifah, saat ketika seorang hamba tak sekadar memohon, tapi menyadari siapa dirinya di hadapan Sang Pencipta. Di hari ini, langit terbuka luas, dan bumi menjadi saksi bisu atas bisikan-bisikan hati yang jujur.

Allah SWT berfirman:

“فَإِذَا أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ”

“Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram…”
(QS. Al-Baqarah: 198)

Warisan Langit Imam Husain AS

Di antara anugerah agung Ahlul Bait bagi umat adalah warisan ruhani yang tak lekang oleh zaman, dan di puncaknya adalah Doa Arafah Imam Husain AS. Bukan sekadar untaian doa, tapi lautan makrifat yang mengajak manusia mengenali kehinaan dirinya dan keagungan Tuhannya.

Dalam kalimat pembuka, Imam Husain a.s, mengadukan kefakiran hakikinya:

“إِلَهِي أَنَا الْفَقِيرُ فِي غِنَايَ فَكَيْفَ لَا أَكُونُ فَقِيرًا فِي فَقْرِي؟”

“Tuhanku, aku adalah fakir dalam kekayaanku; bagaimana mungkin aku tidak lebih fakir dalam kefakiranku?”

Setiap kalimat dalam doa ini bukan hanya seruan, tapi tangisan jiwa yang mendamba pelukan ilahi. Rahbar menegaskan bahwa membaca doa ini dengan hati yang sadar adalah jalan menuju pembersihan jiwa (Tazkiyatun Nafs) dan lompatan spiritual menuju keikhlasan sejati.

Arafah Cermin Wilayah

Hari Arafah tak terpisahkan dari cahaya Ghadir. Ia menjadi muqaddimah ruhani untuk menerima wilayah Amirul Mukminin Ali a.s, sebagaimana disampaikan Imam Ja’far ash-Shadiq a.s,:

“مَنْ لَمْ يَعْرِفْ وِلَايَةَ عَلِيٍّ يَوْمَ عَرَفَةَ فَلَا حَجَّ لَهُ”

“Barangsiapa tidak mengenal wilayah Ali pada Hari Arafah, maka tiada haji baginya.”

Wilayah bukan sekadar kepemimpinan luar; ia adalah jalan batin, tali yang menghubungkan langit dan bumi, pengantar ruh menuju kedekatan dengan Allah.

Imam Ali Zainal Abidin AS bersabda:

“إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ يَوْمُ دُعَاءٍ وَمَسْأَلَةٍ، فَاغْتَنِمُوهُ”

“Sesungguhnya Hari Arafah adalah hari doa dan permohonan, maka manfaatkanlah ia.”

Bagi yang tidak mampu hadir di Arafah, tetaplah ada gerbang langit di mana pun berada. Puasa, dzikir, dan istighfar menjadi jembatan menuju rahmat. Rahbar mengingatkan, bahwa ampunan di hari ini bukan hadiah murah, ia adalah buah dari hati yang jujur, bersih, dan berserah sepenuhnya kepada-Nya.

Imam ash-Shadiq a.s, berkata:

“أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ…”

“Doa terbaik adalah doa pada Hari Arafah. Karena pada hari ini, langit tidak menolak tangan yang mengiba, dan Allah tidak berpaling dari hati yang memohon dengan ikhlas.

Hari Arafah bukan sekadar ritual. Ia adalah panggilan cinta dari Tuhan kepada makhluk-Nya. Ia adalah momen untuk mengenali siapa kita, kepada siapa kita kembali, dan siapa pemimpin ruhani yang membimbing kita di jalan-Nya. Barangsiapa melewatkan hari ini tanpa doa, seakan telah membiarkan musim semi berlalu tanpa menyentuh setetes pun embunnya.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ دَعَاكَ فَأَجَبْتَهُ، وَسَأَلَكَ فَأَعْطَيْتَهُ، وَتَقَرَّبَ إِلَيْكَ فَقَبِلْتَهُ

Mohon Maaf Lahir dan Batin.[]



Source link

TERKINI

EDUKASI